Situasi politik di Banyuwangi sebelum peristiwa berdarah
di Bayuwangi, sudah diwarnai persaingan Nahdlatul Ulama kontra PKI (Partai Komunis
Indonesia) dalam pertikaian di wilayah-wilayah lokal Banyuwangi dan tentunya basis PKI yang mereka
sebutb sebagai tanah abang[1]
(Karang asem, dukuh Mantekan, Cemetuk). Pada masa penjajahan kolonial
Hindia-Belanda dalam periode ini Kubu PKI membunuh pemimpin-pemimpin Nahdlatul
Ulama di desa Kalipahit karena mereka mengangap para kyai–kyai yang menjadi
asuhan atau antek-antek Belanda. Pada tahun 1960-an persaingan dua kubu; PKI
dan Anti Komunis mewarnai berbagai
daerah di Bayuwangi memakai isu tentang Land reform. Aksi Kekerasan yang Radikal
ini juga menyeret orang-orang kaya dan
Pemilik tanah.
Menjelang Pemilihan bupati (Pilbub) di Kabupaten
Banyuwangi pada bulan Desember 1964, komposisi fraksi DPRD Tingkat II Kabupaten
Banyuwangi sebagai Berikut : NU (15 kursi), PKI (12 kursi), PNI (9 kursi),
Golkar (5 kursi), partai-partai gurem (4 kursi). Di dalam Pilbub tersebut,
semula NU mengusung Hafid Suroso BA sebagai calon bupati (cabub), PKI
mencalonkan Suwarno Kanapi SH, sedangkan PNI tidak memiliki kader untuk
dicalonkan, sehingga mengusung Dandim Banyuwangi Kol. Djoko Supaat Slamet
(TNI-AD) sebagai cabub. Di dalam perkembangannya, wakil-wakil NU di parlemen
ada ketidak harmonisan, sehingga terbelah menjadi dua kubu yaitu NU-Utara ini
mencakup wilayah Kecamatan Rogojampi, Kecamatan Kabat, Kecamatan Banyuwangi,
Kecamatan Glagah, Kecamatan Giri, Kecamatan Wongsorejo, Sedangkan NU-Selatan
Kecamatan Srono, Kecamatan Cluring, Kecamatan Muncar, Kecamatan Purwoharjo,
Kecamatan Jajag, Kecamatan Gambiran, Kecamatan Genteng, Glenmore, Kecamatan
Kalibaru.[2]
PKI dengan upayanya mendekati H. Ali Mansur selaku
pimpinan kubu NU-Utara untuk dapat tambahan suara politik yang di usungnya
yaitu Cabub Suwarno Kanapi. Ini menjadikan kekwatiran kubu NU-Selatan terhadap
cabub yang diusungnya untuk memenangkan pemilihan bupati di Banyuwangi. Kubu
NU-Selatan akhirnya menarik Hafid Suroso BA dari bursa Cabub, dan menerima
ajakan PNI untuk berkoalisi mencalonkan Kol. Djoko Supaat Slamet agar
memenangkan Pilbub di Banyuwangi. Namun sia-sia saja dalam perolehan akhir
PNI-NU-Selatan-TNI AD kalah melawan PKI-NU-Utara. Kekalahan ini mengakibatkan
kekecewaan massa pendukung PNI-NU-Selatan-TNI AD, sehingga mereka melakukan
aksi demonstrasi besar-besaran pada saat pelantikan bupati terpilih Suwarno
Kanapi SH pada 3 januari 1965 untuk menolak hasil pilbub dan menuntut agar
diadakan pemilihan ulang. Tapi kenyataan tuntutan itu ditolak oleh Gubernur
Jawa Timur, Wijono dengan alasan proses pilbub sah di mata hukum. Ulah
demonstrasi ini sempat menunda pelantikan bupati terpilih, Suwarno Kanapi SH.
Akhirnya pelantikan bupati Banyuwangi berjalan mulus pada Agustus 1965. Pilbub
ini menguatkan persaingan Politik antara PKI dan NU. Sehingga menjadi bom waktu
yang setiap saat meledak menjadi konflik horizontal di masyarakat.
2.1.4 Sikap dan Strategi Pemerintah
Di wilayah
nasional Terdengar desas-desus bahwa para Panglima Jenderal akan Membentuk
Dewan Jenderal untuk menggulingkan jabatan Soekarno, di saat Bung Karno sedang
sakit parah,. Tragedi G30S yang terjadi pada tanggal 1 Oktober dini, menandai
bergesernya sebuah rezim dari Orde Lama ke Orde Baru. Tragedi yang ditandai
dengan penculikan beberapa perwira tinggi militer dari Angkatan Darat (AD),
yakni Jenderal Abdul Haris Nasution, Letjen Ahmad Yani, Mayjen R. Suprapto,
Mayjen Harjono Tirtodarmo, Mayjen S. Parman, Brigjen Donald Izacun Panjaitan,
dan Brigjen Soetojo Siswomiharjo. Penculikan yang di kepalai Komandan Batalyon
I Resimen Cakrabirawa ( pasukan pengawal pribadi presiden yang ditunjukan
kepada jenderal-jenderal anggota apa yang menamakan dirinya “Dewan Jenderal”[3]
) yaitu Letnal Letkol Untung. Lettu Doel Arif. Letkol Untung dibantu oleh
Batalyon 454, Brigade Infantri I
Latief, Pemuda Rakyat (PR), dan Gerakan
Wanita Indonesia (Gerwani) yang mendapat tugas sebagai penjaga. Pada
saat operasi ini, para penculik dibagi menjadi tujuh regu yang masing-masing
menangani satu jenderal. Penculikan yang dipimpin oleh Lettu Doel Arief
membuahkan hasil. Beberapa jenderal dapat diculik, namun terjadi kesalahan.
ketika hendak menculik Jenderal Nasution. Nasution dapat meloloskan diri dari penculikan,
tetapi seorang ajudan dan anaknya, yakni Lettu Pierre Tendean dan Ade Irma
Nasution, terbunuh pada peristiwa tersebut.[4]
Sejumlah jenderal telah ditangkap dan alat komunikasi yang penting-penting
serta objek-objek vital lainnya sudah berada dalam lindungan Gerakan 30
September. Seorang jenderal senior Angkatan Darat yang tidak menjadi sasaran
penculikan ialah Mayor Jenderal Soeharto. Suatu keganjilan G30S tidak
menetralisir Kostrad, barangkali karena Kostrad bukanlah merupakan instansi
militer utama di Jakarta. Berbeda dengan Kodam Jaya, Konstrad tidak mempunyai
pasukan tetap yang di asramakan didalam atau sekitar kota.[5]
Meskipun demikian, Kostrad mempunyai arti strategis yang besar, mengingat tokoh
yang terkadang bertugas sebagai panglima Angkatan Darat setiap Yani bepergian
ke luar negeri. Jika pasukan pemberontak ingin menguasai Jakarta, mereka harus memastikan bahwa
Soeharto, orang peringkat pertama yang langsung akan menggantikan Yani, tidak
dapat mengerahkan pasukan untuk melakukan serangan balasan.
Mayor Jenderal
Soeharto, Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad)
mengambil alih pimpinan Angkatan Darat. Hal ini sesuai order tetap
Menteri/Panglima Angkatan Darat (Men/Pangad) tentang pejabat yang sedang
berhalangan dapat di gantikan dan di setujui oleh beberapa perwira tinggi
TNI-AD. Pada Pukul 07.15 Letkol Untung mengumumkan Dekrit No.1 Dewan Revolusi
di siaran RRI Studio Jakarta. Isi Dekrit itu tentang berlangsunya:A) Gerakan pembersihan
terhadap anggota-anggota Dewan Jenderal. B) Tentang telah di bentuknya Dewan
Revolusi Pusat dan Daerah oleh Gerakan
30 September. C) Pengumuman tentang telah demisionernya kabinet dwikora dan
menyatakan bahwa Dewan Revolusi merupakan sumber dari semua kekuasaan yang ada
dalam Negara Republik Indonesia.[6]
Mayjen Soeharto
selaku pangkostrad mengambil langkah strategis dengan merebut RRI dari tangan
pelaku G30S dan menguasai media cetak serta media elektro seperti Televisi
Republik Indonesia (TVRI). Pengambilalihan itu dilakukan untuk keperluan
agitasi dan provokasi guna menghancurkan PKI dan menggulingkan Presiden
Soekarno. Setelah pukul 21.00 WIB (1 Oktober 1965) RRI dapat dikuasai oleh
pasukan Soeharto sekaligus memberikan pidato singkat dan memberitakan
pengambilalihan kepemimpinan TNI-AD melalui pengertian bersama antara AD,
Angkatan Laut, dan Kepolisian untuk menghancurkan G30S.[7]
Kudeta G30S 1965 akhirnya dapat ditumpas pasukan militer di bawah komando
Pangkostrad Mayjen Soeharto dan menamai dengan istilah “Gestapu”.[8]
Setelah kudeta G30S 1965 berhasil ditumpas, TNI-AD, Konstrad
dan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD[9])
melakukan berbagai pendoktrinan untuk menciptakan ketakutan, kebencian secara
umum, dan melakukan pembalasan terhadap PKI dan underbownya. Foto-foto para jenderal yang terbunuh diberitakan
melalui media massa dengan komentar bahwa penganiayaan dan pembunuhan terhadap
para jenderal merupakan perbuatan underbow
PKI seperti Gerwani dan Pemuda Rakyat. Publikasi yang besar-besaran itu
merupakan salah satu bentuk propaganda militer yang dikomandoi Pangkostrad
Mayjen Soeharto. Klaim rezim Soeharto bahwa PKI bertanggung jawab atas G30S.
Pendalangan atas PKI ini, apakah tiga juta lebih anggota partai keseluruhan
bertanggung jawab? Atau hanya sebagian? Atau hanya pimpinan partai? Apakah
pihak pimpinan itu Cental Comite atau Politbiro?. Malahan secara terus menerus
menggunakan istilah “PKI” masyarakat digiring untuk percaya bahwa bukan hanya
tiga juta lebih anggota partai yang bertanggung jawab, tetapi juga siapa saja
pun yang berhubungan dengan PKI di tumpas sampai ke akar-akarnya. Seruan tersebut tersebut sampai di Banyuwangi,
sehingga terjadilah konflik horisontal
antara pendukung Kol Djoko Supaat Slamet (massa NU-Selatan dan PNI yang
didukung oleh TNI AD) berhadapan dengan massa Pendukung Suwarno Kanapi SH
(massa PKI)
Dengan alasan balas dendam, Nahdhlatul Ulama(Ansor)
mencoba membangun kekuatan untuk membersihkan PKI, dengan menggandeng Pemuda
Marhaeinis dan kelompok yang anti terhadap Komunis. Kegiatan-kegiatan Ansor dan
pemuda Marhaeinis semakin marak di lakukan untuk melawan Komunis. Kegiatan ini
dilakukan karena alasan balas dendam, dan jauh sebelum kegiatan yang dilakukan
oleh para orang yang anti-Komunis sekitar
tahun 1965-an para Pemuda di Karangasem menggunakan kekuatan mistik atau
kekuatan supranatural. Mereka mengalungkan janur kuning dan daun salam di
masing-masing pemuda yang tidak berbaju di desa Karang Asem. Bahkan
pemuda-pemuda anti-Komunis juga mengunakan mantra-mantra atau jimat-jimat untuk
menandingi Orang Komunis tersebut. Selama
minggu ketiga bulan Oktober 1965 kegiatan untuk menghabisi PKI dilakukan
oleh Pemuda Ansor dan Pemuda Marhaeinis dengan persiapan-persiapan secara
khusus.
Pada tanggal 18 Oktober Mursid seorang kyai yang
ditunjuk untuk memimpin sekolompok pemuda dalam operasi untuk menyapu bersih
sisa-sisa Gestok di Kalipahit. Sebuah konvoi besar ini dan banyak antusias
bermunculan sepanjan jalan yang dilalui, bahkan massa rakyat juga ikut
berpartisipasi dalam operasi yang dilakukan Mursid dan kelompok pendukungnya.
Dalam perkembangannya Basis PKI di Kalipait, Cemetuk ,Karang Asem.Tiba di
Karang Asem, Konvoi ini di hadang oleh Pemuda setempat yang tidak memakai baju,
yang terlihat mereka hanya memakai kalung janur kuning di leher. Mereka dengan
alasan untuk mempertankan wilayah mereka, karena massa Ansor membakar rumah
warga Karang asem dan sebagian atap masjid juga dibakar. Massa dari Ansor
beranggapan bahwa Masjid yang berada
diwilayah Karang asem yaitu Masjid PKI dan Simpatisanya. Bentrokan mulai
meledak, Banyak warga yang menjadi korban keganasan orang-orang anti-Komunis. Massa
Ansor yang lari ke Cemetuk di hadang oleh PKI Cemetuk dan mereka dibunuh dengan
cara dikubur hidup. Sekitar 62 anggota Ansor tewas di Cemetuk[10].
Hari itu regu patroli dari Kodim Genteng menerima
laporan tejadinya bentrokan di Karangasem, Mantekan, Dan Cemetuk. Dalam
perjalanan ke Karang asem, mereka melihat kerumunan-kerumunan orang di
sepanjang jalan. Kebanyakan mereka tidak memakai baju, dan membawa senjata
seperti pedang, parang, bambu runcing. Orang-orang di sekitar terlihat menjaga
rumah masing-masing. Dan terlihat rumah-rumah ada yang terbakar. Patroli Kodim
segera melakukan tindakan evakuasi dan berhasil mengendalikan kondisi.
Kekuatan-kekuatan nonkomunis yang mulai kesetanan menyerang PKI, dengan
memerintahkan mereka untuk meninggalkan daerah itu sehingga konfrontasi fisik
dapat dihentikan. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di Karangasem yang didahului
dengan pembantaian-pembantaian terhadap ribuan anggota PKI dan simpatisannya
oleh orang-orang non-komunis. Peristiwa-peristiwa ini bukan hanya merupakan
bagian permulaan dari bagian permulaan dari segelombang pasang aksi massa,
tetapi juga merupakan permulaan gelombang balas dendam terhadap PKI dan
organisasi-organisasi massanya.[11]
(salah satu Gambar Pembantain PKI/Simpatisannya)
Kutipan Sumber:
[1] Tanah abang merupakan wilayah basis PKI di wilayah Banyuwangi
selatan. Karang asem, dan Mantekan yang sekarang merupakan admistratif masuk
Kecamatan Gambiran, sedangkan dukuh Cemetuk masuk administratif Kecamatan
Cluring. Lihat : Firman Syahyudin, Peristiwa
Cemetuk Tahun 1965.(Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah-Fakultas Sastra
Universitas Jember, 2009).hlm 1
[2] IG Krisnadi, jurnal ilmu
pengetahuan sosial, vol ix (Jember:Universitas Jember, 2007) hlm 1
[3]Dewan jenderal adalah gerakan subvertif yang disponsori oleh CIA.
Dewan ini sangat aktif, terutama sejak Presiden Soekarno menderita sakit yang
sangat serius pada minggu pertama bulan Agustus . Mereka berharap, Presiden
Soekarno akan meninggal dunia sebagai akibat dari penyakitnya. Lihat:
Sekretariat Negara Republik Indonesia, Gerakan
30 September Partai Komunis Indonesia: Latar Belakang Aksi dan Penumpasannya
(Jakarta: PT Galia Indonesia, 1994).
[4]Anderson, Benedict R. O’G. dan Macvey, Ruth T., Kudeta 1 Oktober 1965 Sebuah Analasis Awal (Yogyakarta:
LPKSM-SYARIKAT, 2001), hlm. 13-32.
[5]Kostrad yang dibentuk pada 1960 merupakan usaha pertama Angkatan
Darat untuk membetuk cadangan pusat. Walaupun pasukannya masih pinjam dari
komando-komando daerah, Kostrad dirancang untuk memberi panglima angkatan
daerah (yang dipegang Yani sejak Juni 1962) batalyon-batalyon yang berada di
bawah komandonya sendiri. http:// en.wikipedia.org/wiki/Gerakan 30 September, (Akses:
19 Desember 2009).
[6]Bahaya Laten Komunisme Di
Indonesia Jilid IV, Pemberontakan G30S/PKI Dan Penumpasannya, (Jakarta: Pusat Sejarah dan Tradisi ABRI,1994), hlm. 235.
[8]Istilah Gestapu dikenalkan
oleh direktur koran Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), Brigjen
Sugandi, yang bermaksud mengaitkannya dengan istilah “Gestapo”. “Gestapo”
merupakan singkatan dari Gehieme
Staatpolizei yaitu polisi rahasia Jerman di masa pemerintahan Nazi. Dinas
inilah yang bertanggung jawab atas keamanan di dalam “Imperium Ketiga”. Tugas
mereka mencari, menangkap, dan menahan “musuh-musuh negara” di dalam kamp
konsentrasi. Lihat: Hersri Setiawan, op.
cit., hlm. 97-98.
[9]Cikal bakal RPKAD berupa satu kesatuan pasukan “kelompok komando”
dengan kekuataan sekitar satu kompi yang dilatih secara khusus oleh tentara
Eropa. RPKAD dibentuk tahun 1952/53 atas prakarsa Panglima Divisi Siliwangi
dalam menghadapi lasykar DI/TII. RPKAD sering disebut tentara langit atau
pasukan baret merah. Pasukan ini kemudian berubah nama menjadi Komando Pasukan
Khusus (Kopassus). Lihat: ibid, hlm. 248-249.
[10] Untuk
memperingati 62 anggota Ansor yang tewas di Cemetuk ini, Rezim Orde Baru
membangun monumen Pancasila seperti halnya di Jakarta lubang buaya.
[11] Robert Cibb. The Indonesian
killings Pembantaian PKI di Jawa dan Bali 1965-1966,(Yogyakarta:
mata rantai , cetakan kelima, September 2004), lihat hal 262-263
itu gambar bukan pembantaian pki, http://www.apimages.com/metadata/Index/Associated-Press-International-News-Thailand-TH-/52ed8d9f9de5da11af9f0014c2589dfb/19/1
BalasHapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
HapusKAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.
Ni situs memutar balikkan fakta. Hoax.
BalasHapusNemutar kepala lo...
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus@firdaus.. leher sama bijih lo aja yang di puter gimana
Hapusapa lo Pki?
Hapusitu ada sumbernya...cek
BalasHapusleher lo aja yang di puter mendingan
BalasHapussumber bisa dibuat buat...
BalasHapusgak ada yang 100% benar , apalagi ini kesannya nyalahin NU dah gtu fotonya itu foto pembantaian dithailand....
sekarang udah gak ada yang murni bro....NU itu adalah partai politik dengan basic pemikiran agama sebagai candu untuk mncari dukungannya..jadi banyak kejanggalan untuk menyimpulkan bahwa pki itu adalah partai yang kejam
Hapusngeles kayak bajaj aja unknown. ini jelas menyesatkan
HapusAgama adalah candu???
HapusIni kan jargonya pki,...
Tahun 1964 kok udah ada Golkar di DPRD?
BalasHapusTahun 1964 kok udah ada Golkar di DPRD?
BalasHapusPKI laknatulloh.....
BalasHapusbantai ulama siapa dalang nya,.. karena PKI agama tdk sejalan dengan PKI, selama masih ada agama PKI akan bertentanagan, lenin "agama harus di pisahkan dalam berpolitik" begitu juga apa kata aidit serta begitu juga apa kata JOKOWI, cek aja di mbah google.. gmn bro anda setuju?
BalasHapussalah baca gw
BalasHapussalah baca gw
BalasHapusBener2 hoax nih, pro PKI nih orang, hati2, . Dari tahun 1998 s/d 2015: Pasca Reformasi 1998 pimpinan dan anggota PKI yg dibebaskan dari penjara, beserta keluarga dan simpatisannya yg masih mengusung IDEOLOGI KOMUNIS, justru menjadi pihak paling diuntungkan, sehingga kini mereka merajalela melakukan aneka gerakan pemutarbalikan fakta sejarah dan memposisikan PKI sebagai PAHLAWAN.
BalasHapus